Sunday, August 16, 2015

Abbad bin Bisyir Karunia Cahaya Allah

Abbad bin Bisyir termasuk golongan Anshar. Ia masuk Islam di hadapan Mushab bin Umair, sahabat yang diutus Rasulullah SAW untuk berdakwah di Madinah. Sahabat mulia ini ikut ambil bagian pada perang Dzatur Riqa' dan perang Yamamah. Suatu saat Rasulullah SAW bersabda kepada orang-orang Anshar, ''Wahai golongan Anshar, kalian adalah inti, sedangkan golongan lain adalah bagai kulit ari. Maka tak mungkin aku dicederai kalian.'' Semenjak Abbad bin Bisyir mendengar ucapan ini dari Rasulullah, ia pun rela menyerahkan harta dan nyawanya di jalan Allah. Di arena pengurbanan, ia adalah orang pertama bisa ditemui. Tapi, di arena pembagian harta rampasan, ia sulit ditemukan.

Langit terbuka

Abbad dikenal juga sebagai ahli ibadah yang tekun. Ia seorang pahlawan yang gigih dalam berjuang, seorang dermawan yang rela berkurban, dan seorang mukmin sejati yang telah membaktikan hidupnya untuk keimanan. Keimanannya telah dikenal luas di kalangan sahabat.

Aisyah RA pernah berkata, ada tiga orang Anshar yang keutamaannya tak dapat diatasi oleh seorang pun juga, yaitu Saab bin Muadz, Useid bin Hudlair, dan Abbad bin Bisyir.

Orang-orang Islam angkatan pertama mengetahui bahwa Abbad bin Bisyir mendapat karunia cahaya dari Allah. Penglihatannya yang jelas dan mendapat penerangan sehingga dapat mengetahui tempat-tempat yang baik dan meyakinkan tanpa mencarinya dengan susah payah. Para sahabat sepakat, bila Abbad berjalan di waktu malam, muncullah berkas-berkas cahaya dari dirinya yang akan menerangi jalan yang akan ditempuhnya.

Dalam peperangan untuk memerangi kaum murtad di bawah pimpinan Musailamah Al-Kadzab, Abbad bin Bisyir mendapat amanah untuk menjadi komandan pasukan. Dalam peperangan ini, ia harus berhadapan dengan tentara Musailamah yang kejam berpengalaman. Sehari sebelum perang Yamamah dimulai, Abbad bermimpi yang takwil mimpinya ia ketahui tak lama kemudian. Abu Sa'id al-Khudri berkata, ''Abbad bin Bisyir berkata kepadaku, 'Wahai Abu Said, tadi malam saya bermimpi, saya melihat langit terbuka untukku, kemudian tertutup lagi. Saya meyakini, takwil mimpi itu adalah saya akan mengalami syahid.''' Abu Said berkata, ''Sungguh itu adalah mimpi yang baik.''

Lalu meletuslah perang Yamamah. Ketika ia melihat kemenangan seakan di tangan musuh, ia teringat oleh sabda Rasulullah kepada golongan Anshar, ''Kalian adalah inti, tak mungkin aku dicederai kalian.'' Ucapan itu memenuhi rongga dada dan hatinya, hingga seolah-olah sekarang ini Rasulullah masih berdiri dan mengulang-ulang perkataannya.

Abbad merasa, tanggung jawab itu terpikul hanya di atas bahu orang-orang Anshar saja, atau di atas bahu mereka sebelum golongan lain. Ia kemudian naik ke atas bukit dan berseru, ''Hai golongan Anshar, pecahkanlah sarung pedangmu dan tunjukkanlah kemampuan kalian.'' Dan

ketika seruannya ini dijawab oleh 400 orang pejuang, Abbad bersama Abu Dujanah dan Barra' bin Malik membawa mereka hingga taman maut, sebuah taman yang dijadian Musailamah sebagai benteng pertahanan. Pahlawan besar itupun berjuang layaknya seorang laki-laki, mukmin, dan warga Anshar.

Ayat Al-quran

Setelah perang Yamamah selesai, kaum Muslimin bermalam di suatu tempat. Lalu terpilihlah Ammar bin Yasir dan Abbad bin Basyir sebagai petugas ronda. Abbad melihat Ammar bin Yasir dalam kondisi kelelahan, karena itu ia menawarkan kepadanya untuk beristirahat, sementara dirinya bertugas jaga terlebih dahulu.

Ketika Abbad mendapati lingkungan sekelilingnya dalam keadaan aman, ia kemudian memutuskan untuk mengisi waktunya dengan mengerjakan shalat, sehingga pahala yang diperoleh menjadi berlipat. Mulailah Abbad menunaikan salat, tapi saat ia membaca sebuah surat, tiba-tiba sebuah anak panah melesat dan mengenai pangkal lengannya. Ia mencabut anak panah itu dan melanjutkan shalatnya. Tak lama kemudian menyusul anak panah berikutnya dan mengenai badannya, Ia pun mencabut anak panah itu dan melanjutkan kembali shalatnya.

Dalam kegelapan malam yang gulita itu, sebuah anak panah melesat kembali dan mengenai tubuhnya. Abbad menarik anak panah dan mengakhiri bacaan suratnya. Lalu ketika ia sujud sementara kondisinya lemah karena sakit dan lelah, ia pun menjulurkan tangannya membangunkan orang yang ada di sekitarnya. Lalu ia bangkit dari sujudnya, membaca tasyahud, dan menyelesaikan shalatnya. Ammar terbangun dengan suara kawannya yang terputus-putus menahan sakit, ''Gantikan aku karena aku telah kena.'' Ammar segera bangkit

dari tidurnya hingga menimbulkan kegaduhan dan berkata, ''Subhanallah, mengapa engkau tidak membangunkanku ketika engkau terkena anak panah pertama?''

Abbad menjawab, ''...ketika aku sedang shalat tadi, aku membaca beberapa ayat Alquran yang amat mengharukan hatiku, hingga aku pun tak ingin untuk memutusnya. Demi Allah, kalaulah tidak akan menyia-nyiakan pos penjagaan yang ditugaskan Rasulullah kepada kita, sungguh aku lebih suka mati daripada memutuskan bacaan ayat-ayat itu.'' Pada hari yang mulia ini, pergilah Abbad menjumpai syahidnya. Dan benarlah mimpi yang dialaminya semalam, pintu langit terbuka untuk dirinya kemudian tertutup kembali. Wallahu A'lam.